Nasional

Akibat Penggunaan Air Tanah Berlebihan, Semarang dan Jakarta jadi Seperti Ini

127
×

Akibat Penggunaan Air Tanah Berlebihan, Semarang dan Jakarta jadi Seperti Ini

Sebarkan artikel ini
BANJIR ROB: Air menggenangi kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang setelah penahan air laut jebol tanggal 23 Mei 2022. (ugm.ac.id)

SLEMAN, ZonaJogja.Com – Hasil penelitian Dosen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik UGM, Heri Sutanta PhD menyebutkan,  proses penurunan tanah di Jakarta dan Semarang lebih cepat dibandingkan kota besar lain di Indonesia.

Penurunan tanah  di Semarang dan Jakarta dipercepat  pemanfaatan air tanah yang berlebihan.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

“Penggunaannya melebihi kapasitas imbuhan,” kata Heri kepada wartawan, 6 Januari lalu.

Di Semarang, misalnya. Dulunya, daerah tangkapan air Kota Semarang terdapat banyak kebun, tanah tegalan dan ruang terbuka.

Namun berubah menjadi kompleks perumahan, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur lain. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya imbuhan di cekungan air tanah (CAT).

Kenaikan air laut global di Semarang saat ini mencapai 3-5 milimeter per tahun. Sementara penurunan tanah mencapai 9 cm.

BACA JUGA: Dibangun Tahun 1.742 Masehi, Masjid Ini jadi Tempat Nyantri Ranggawarsita dan HOS Cokroaminoto

“Ada kenaikan penurunan tanah 30 kali lebih besar dibanding kenaikan air laut global,” jelasnya.

Heri mengatakan, kota besar di Indonesia yang berada di pesisir antara lain Jakarta, Semarang, Samarinda, Makassar, Kupang dan Ambon.

Tanah di daerah pesisir ini terbentuk dari aluvial, karena hasil endapan sungai. Sehingga lebih mudah mengalami pemadatan dan akhirnya penurunan tanah.

Nah, faktor lokal penurunan tanah lebih berdampak terhadap kenaikan relatif permukaan laut di Semarang dan Jakarta.

Percepatan penurunan tanah ini mengakibatkan Semarang  sering dilanda banjir saat curah hujan tinggi.

“Karena posisi daratan di pesisir lebih rendah daripada air permukaan laut. Ini juga yang terjadi di Jakarta,” tambahnya.

BACA JUGA: Lokasinya di Sleman Barat, Dusun Ini Pernah jadi Laga Pertempuran Pangeran Diponegoro Melawan Belanda

Kata Heri, posisi daratan pesisir yang lebih rendah dari air permukaan laut  harus ditangani secara komprehensif.

Pemerintah perlu membuat kebijakan komprehensif. Yakni, mengatur pengambilan air tanah  dan menjaga imbuhan melalui perubahan pembatasan penggunaan lahan di daerah tangkapan air.

Daerah pemukiman dan industri di kawasan pesisir dilindungi dengan membangun tanggul laut.

Selanjutnya juga disiapkan pompa untuk mengalirkan air dari drainase ke sungai besar yang  menuju laut. (*)