ZonaJogja.Com – Innalillahi wa innailaihirojiun. Seniman Godod Sutejo dan Atik, isterinya, sedang berduka.
Atik dan Godod kehilangan Sugiono bin Ismail Atomogerjito, sosok ayah yang sangat dicintai.
Sugiono menghembuskan nafas terakhir di rumanya di kawasan Sunter, Jakarta, 10 Februari 2024 sekitar pukul 7.35.
Sugiono yang lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 13 Maret 1983 ini meninggal dunia pada usia 86 tahun.
“Kami semua merasa kehilangan,” kata Atik, anak sulung pasangan Sugiono dan Sudarmi.
BERITA LAIN:
- Ratusan Orang Ikuti Senam Gemoy, Budi Waljiman Ajak Menangkan Prabowo-Gibran
- Anies Baswedan Bilang Lunpia Cik Me Me Rasanya Enak, Berharap Bisa jadi Kuliner Kelas Dunia
Kabar meninggalnya Sugiono langsung menyebar ke mana-mana. Masyarakat Suryodiningratan, seniman, budayawan terus berdatangan untuk melayat.
Antara lain Yani Saptohoedojo, para penghayat Hosoko, Hardo Pusoro , SBP 45 , Putro Romo, dan kelompok meditasi serta an warga komunitas Angkringan Regol Gerejo (ARG).
Sugiono yang akrab disapa Mbah Yog dikenal sebagai seorang yang bersahaja.
BERITA LAIN:
- Ismaya Group Buka Gerai Kuliner di Pakuwon Mall, Menunya Bikin Ngiler
- TVS Callisto 125 Hadir di Yogyakarta, Tampil Menawan dengan Gaya Retro Klasik
Pengalaman hidupnya segudang. Saat berusia 14 tahun mencari uang di Surabaya. Pria yang ramah dengan siapapun ini juga pernah membanting tulang di Kriyan, Jawa Timur.
Bahkan, pernah menjadi supir polet di Malang, Jawa Timur. Meski sibuk mencari uang, Sugiono tetap menyempatkan diri membaca buku dimanapun, kemanapun berada.
Buku yang dibaca kebanyakan tentang sejarah, seni dan budaya. Itulah sebabnya, Sugiono dikenal sebagai sosok yang konsisten mempertahankan budaya Jawa.
BERITA LAIN:
- Bekas Tambang di Kulon Progo Bakal Dipoles jadi Obyek Wisata, Begini Konsepnya
- Ibu-Ibu Datangi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jadi Peserta Layanan KB MKPJ
Sugiono juga seorang pengkritik yang solutif. Ide dan gagasannya memberi warna positif bagi kehidupan.
“Beliau menjadi panutan bagi kami. Perjalanan hidup beliau menjadi ilmu bagi kami semua,” ujar Rini, anak ketiga.
Tak hanya di Surabaya, Malang dan Jakarta, Di Yogyakarta, Sugiono memiliki teman segudang.
Salah satu lokasi yang sering didatangi adalah angkringan di Jalan Bantul. Persisnya di sisi selatan pintu masuk Gereja Pugeran.
Mbah Yog telah tercatat menjadi anggota komunitas Angkringan Regol Gerejo (ARG). Komunitas ini beranggotakan 65 orang.
“Almarhum orang yang baik. Apa yang disampaikan selalu positif dan memberi manfaat,” ujar Agus, salah satu anggota ARG.
BERITA LAIN:
- OJK Nyatakan BPR Bank Purworejo jadi Bank Dalam Resolusi, Pengelolaan Diserahkan ke LPS
- Dinas Pariwisata Kulon Progo Siapkan 20 Event Pilihan, Ini Daftar Acara dan Jadwalnya
Kini, sosok orang baik itu telah pergi selama-lamanya. Jenazah Mbah Yog sekitar pukul 08.00 pagi tadi diberangkatkan ke Makam Dersono, Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah.
Sebelumnya, jenazah disemayamkan di kediaman Godod Sutejo di Jalan Suryodiningratan MJ 2/641 Kav BNI Yogyakarta.
Puluhan orang melepas kepergian Mbah Yog selama-lamanya. Mbah Yog meninggalkan seorang isteri bernama Soedarmi serta tiga anak bernama Atik, Sugiarto dan Rini.
Atik adalah isteri Godod Sutejo. Sugiarto beristerikan Wahyungningsih. Sedangkan Rini dipersunting Dwi Decy Artian Mahartono. (*)