Opini

Kisah Inspiratif 3 Saudara dalam Jagat Tulis Menulis | oleh: Azam Sauki Adham

444
×

Kisah Inspiratif 3 Saudara dalam Jagat Tulis Menulis | oleh: Azam Sauki Adham

Sebarkan artikel ini
A ADJID HAMZAH: Hidup hanya untuk menulis, menulis dan menulis. (dok. pribadi)

HARI ini tiba-tiba saja ingin diskusi dengan A Adjib Hamzah, bapakku. Berasa ingin ngobrol dengan dua adik kandung bapak. Yakni, Paklik Wildan Hamzah dan Paklik Hadjid Hamzah.

Tapi, tak mungkin. Tiga bersaudara ini sudah lama “istirahat”. Bapakku dan Lik Wildan “tidur” di tempat yang sama di Pemakaman Kuncen, Wirobrajan. Sedangkan Lik Hadjid di Makam Gowok, Banguntapan, Bantul.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Selalu tak pernah berhenti berdoa. Memohon kepada Allah SWT untuk husnul khotimahnya Bapak, Lik Wildan dan Lik Hadjid.

Tiga bersaudara ini adalah anak dari pasangan Hardjo Hamzah dan Sadiyem.

Mbah Kakung semasa hidupnya “habis” di Masjid Gedhe Kauman. Mbah Kakung asli kampung Kauman.

BACA JUGA: Alhamdulillah, Willy dan 5 Pendaki dalam Kondisi Baik Baik Saja

Sementara mbak Putri, aslinya Celep, Bantul. Semasa hidup, mbah Putri berjualan di rumah di kampung Suronatan, Ngasem yang kini ditempati Lik Meisaroh dan  Lik Amru Hamzah.

Saya kurang mendapatkan sejarah tentan kisah bapak, Lik Wildan dan Lik Hadjid, serta Lik Amru yang sama-sama menggeluti dunia jurnalistik dan sastra.

Tapi, berdasarkan cerita sana-sini, bapak, Lik Wildan dan Lik Hadjid adalah wartawa senior di jamannya.

Bapak pernah menjadi calo tiket bioskop, menjadi pegawai percetakan negeri, editor, bekerja di surat kabar “Masa Kini”.

Mendirikan Teater Ramada, menulis cerpen, menulis syair-syair puisi, membuat artikel, menulis puluhan buku cerita anak-anak, dan  menelurkan buku “Pengantar Bermain Drama”.

Bapak juga menjadi pemimpin redaksi Majalah Suara Muhammadiyah dan Suara Aisyiyah.

Lik Wildan Hamzah juga seorang penulis. Intens menulis tentang dunia olah raga. Menggeluti hiruk pikuk sastra di jamannya. Termasuk membesarkan Teater Ramada bersama bapak.

Seingat saya, sebelum meninggal dunia tahun 1980an, Lik Wildan menjadi pemimpin redaksi Surat Kabar “Masa Kini” yang waktu itu berkantor di Jalan Kolonel Sugiyono.

BACA JUGA: 6 Orang Pamit Mendaki Gunung Merapi, Sampai Hari Ini Belum Kembali

Adik kandung bapak yang juga menghabiskan hidup di dunia tulis menulis dan sastra adalah Lik Hadjid Hamzah. Lik Hadjid dikenal sebagai penulis produktif, terutama tulisan-tulisan features.

Lik Hadjid yang mengunakan nama samara Hendra Asmara ini juga dikenal sebagai sastrawan pada tahun 1970-an hingga 1990an.

Ia menjadi Pemimpin Redaksi Minggu Pagi, media terbitan satu minggu sekali dalam jaringan KR Group.

Lik Hajid juga dikenal sebagai penerjemah artikel berbahasa asing. Terutama tulisan berbahasa Inggris.

Hari ini, tiba-tiba saja saya ingin diskusi tentang jurnalistik, tentang drama, tentang sastra, tentang apa saja dengan Bapak.

Saya jadi ingat ketika bapak “membantai” tulisan tulisan yang saya produksi pada tahun 90an. Mulai tulisan news, features sampai tulisan fiksi berupa cerita pendek.

Jujur, saya rindu dimarahi. Saya rindu digojlok hingga rasanya mau muntah-muntah.

“Nek arep dadi penulis andal, ojo keset (malas) moco. Ojo keset latihan,” kata bapak.

Saya kangen, bapak… (*)

  • Penulis adalah Pemimpin Redaksi ZonaJogja.Com