SLEMAN, ZonaJogja.Com – Rata-rata pengusaha membangun bisnis manufaktur membutuhkan waktu 5-6 tahun. Tapi, pelaku bisnis ini hanya memerlukan waktu 12 bulan.
Pengusaha bernama Adit Setiawan SH MH merintis usaha tahun 2018. Setahun kemudian, pria asli Minggir, Kabupatan Sleman ini telah memiliki pabrik sendiri.
Pabrik diberi nama PT Indonesia Plafon Semesta. Perusahaan ini adalah pendatang baru di bisnis plafon PVC. Menggunakan merek Indofon sebagai brand plafon PVC.
“Alhamdulillah PT Indonesia Plafon Semesta berada pada posisi enam besar bersaing dengan perusahaan yang rata-rata modal asing,” kata Adit.
Adit mengawali bisnis plafon saat masih berstatus tentara aktif. Sejak kecil, Adit memang bercita-cita menjadi tentara. Ia terobsesi kakaknya yang menjadi polisi. Keinginan Adit terpenuhi. Ia menyandang sebutan tentara sejak tahun 2010 setelah lima kali tes tak lolos.
BACA JUGA: Layanan KB di PMB Melati IBI Kotagede dan Klinik Pratama Puri Adisty, Gratis
Ia ditempatkan di Tegal, Jawa Tengah. Seperti tak puas dengan hasil yang dicapai, Adir kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ia meraih gelar sarjana dan master hukum.
Setelah sepuluh tahun berdinas, Adit mengundurkan diri dari TNI sejak Mei lalu. Awal 2018, Adit dipercaya menjadi distributor plafon pvc di Tangerang, setelah belanja sebanyak 1 kontainer senilai Rp 300 juta.
Ia dipercaya memegang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
“Ternyata dalam tempo dua bulan, barang habis. Yang mborong justru kebanyakan orang dari Magelang Temanggung dan sekitarnya,” ujarnya.
Setelah melihat peluang market yang sangat besar dalam bisnis plafon PVC, Adit langsung mendirikan PT Indonesia Plafon Semesta. Ia juga memasukan produknya lewat e-Katalog LKPP.
BACA JUGA: Kangen George Panggabean, Para Aktivis Jumpa Darat di Kafe Tarumartani
Adit juga sempat menggarap proyek rekonstruksi gempa Lombok yang nilainya mencapai ratusan miliar rupiah. Keuntungan yang diperoleh menjadi modal mendirikan pabrik plafon di Bogor tahun 2019.
“Saya menghabiskan dana sekitar Rp 20 miliar,” katanya mengenang.
Pria kelahiran Agustus 1989 ini membangun dua pabrik di kota berbeda. Tahun 2019 membuka pabrik di Gunungsindur, Bogor. Sedangkan pertengahan tahun 2022 melakukan soft opening pabrik baru di kawasan Industri Tuksono, Kulonprogo.
Adit mengeluarkan dana miliaran rupiah untuk membangun pabrik di Bogor dan Kulonprogo. Uang yang tak sedikit ini bukan dari investor atau lembaga perbankan.
“Ini dana investasi murni dari pendapatan hasil usaha,” ucap Adit, alumni SMA I Godean Sleman.
Sebagai pendatang baru, Adit lebih fokus ke aplikator dengan menawarkan jasa pemasangan. Ia menyiapkan tukang berpengalaman. Target awalnya melayani konsumen yang terjaring lewat iklan di medsos.
BACA JUGA: Membahas Pangan Tak Hanya Soal Produksi, tapi Juga Harus Bicara Soal Ini
Perusahaan yang dikelola Adit bergerak dalam industri plafon berbahan baku poly vinyl clorida (PVC). Lebih dari sepuluh brand yang diproduksi PT Indonesia Plafon Semesta.
Selain Indofon, ada Plafindo, Jaguar, Fonda, Viston, Inco, Garuda dan Aveon. Produk ini dipasarkan melalui jalur distributor yang mencapai 70 persen, jalur proyek pemerintah 30 persen.
Saat ini sedikitnya 300 distributor tersebar dari Aceh hingga Papua. Sementara 25 kantor cabang beroperasi di berbagai propinsi. Kantor cabang ini merupakan gerai resmi perusahaan.
Keberhasilan menggarap proyek rekontruksi Lombok menjadi portofolio yang membawa nama Indofon makin dikenal di kalangan pemilik proyek.
BACA JUGA: Bus Baker jadi Angkutan Idola Pendaki Jadul ke Kinahrejo, Saat Teringat, Suasananya Bikin Rindu
Produk Indofon telah menempel di sejumlah gedung di Jakarta. Di Jawa Tengah, diaplikasikan pada ratusan sekolah dan gedung dewan.
Selama menjalankan proyek pemerintah, Adit sempat menghapi risiko pekerjaan tidak terbayar, termasuk duit dibawa lari kontraktor. Yang yang hilang setiap tahun karena tidak terbayar bisa mencapai Rp 3 miliar.
Kata Adit, kunci keberhasilan bisnis terletak pada manajemen. Seorang pengusaha harus memahami manajemen. Tanpa paham manajemen tidak akan bisa menciptakan sistem.
“Tidak harus menguasai bisnis yang dijalankan. Yang penting bisa mengelola sumber daya manusia yang paham dengan bisnis,” katanya. (*)