Kronika

Menengok Masa Lalu Kampung Jagalan Ledoksari, Cerita Paling Favorit tentang Kursi Kyai Jaga

287
×

Menengok Masa Lalu Kampung Jagalan Ledoksari, Cerita Paling Favorit tentang Kursi Kyai Jaga

Sebarkan artikel ini
KYAI JAGA: Bocah berdiri di dekat kursi Kyai Jaga. (ninik/zonajogja.com)

YOGYAKARTA, ZonaJogja.Com – Kampung ini bernama Jagalan, Ledoksari. Lokasinya berada di Kelurahan Purwokinanti, Kemantren Pakualaman, Yogyakarta.

Kampung ini menyimpan sejarah. Sejumlah benda menjadi saksi tentang masa lalu kampung yang berdekatan dengan aliran Sungai Code.

Advertisiment
Scroll ke bawah untuk berita selengkapnya

Jagalan masa lalu dikenal sebagai kampung tempat tinggalnya tukang penyembelih hewan. Kebanyakan binatang sapi dan kerbau.

Tukang jagal yang semuanya laki-laki ini mencapai puluhan orang. Menurut  penuturan warga setempat, tempat penyembelihan hewan berada sekitar 200 meter di selatan jembatan Juminahan.

Setelah dipindah pada tahun 1980an, lokasi bekas penyembelihan kini digunakan sebagai sekolah dasar.

BACA JUGA: Siap-Siap, Festival Sarkem Kembali Digelar Maret 2023

BEKAS TEMPAT JAGAL: Sekarang difungsikan sebagai sekolah. (ninik/zonajogja.com)

“Banyak warga sini pada masa lalu yang menjadi tukang jagal,” ujar seorang perempuan yang sehari-harinya berjualan soto di Jalan Jagalan.

Itulah sebabnya, di kampung Jagalan banyak warga yang berjualan daging sapi. Mereka adalah generasi penerus dari usaha yang dijalankan orang tua atau pendahulu.

Selain pernah  menjadi tempat penyembelihan hewan ternak, kampung Jagalan Ledoksari juga terdapat bangunan yang telah berusia seratus tahun lebih.

Bangunan pertama adalah seperti lingga yoni. Bangunan ini menyatu dengan dinding penduduk. Lokasinya di selatan sekolah dasar.

Bangunan berupa papan bertuliskan huruf Jawa Kuno. Menurut cerita warga setempat, batu prasasti ini ditanam tahun 1909  semasa  Kadipaten Pakualaman dipimpin Paku Alam VII.

BACA JUGA: Respons Keresahan Pelaku UMKM, Lurah Reno Bikin Program Inkubasi

PRASASTI: Peninggalan semasa Kadipaten Pakualaman dipimpin Paku Alam VII. (ninik/zonajogja.com)

Tak jauh dari batu prasasti terdapat bangunan semacam tempat duduk. Masih menurut cerita warga, tempat duduk ini telah berusia ratusan tahun.

Kursi dari batu ini berada di timur Sungai Code. Arahnya menghadap utara. Konon, kursi ini menjadi tempat duduk seorang abdi dalem Kadipaten Pakualaman.

Lalu, kursi ini diberi nama Kyai Jaga. Hanya, tidak semua orang  mengerti siapa sosok yang disebut Kyai Jaga. Atau mengapa kursi itu menghadap utara?

“Kursi ini sudah ada lama sekali. Jauh sebelum simbah saya lahir,” kata Agus, penduduk yang tinggal berjarak sekitar 5 meter dari Kursi Kyai Jaga.

Agus sendiri telah berusia 50 tahun. Meski mengaku tidak mengetahui secara detil sejarah Kursi Kyai Jaga, Agus pernah mendengar kisah “keajaiban” kursi Kyai Jaga.

Saat terjadi banjir besar di Sungai Code tahun 1984, rumah-rumah penduduk dibanjiri lumpur.

BACA JUGA: Hujan Deras, Aliran Kali Gawe Tabrak Wisata Kebon Empring

KYAI JAGA: Kursi berusia ratusan tahun di kampung Jagalan. (ninik/zonajogja.com)

Tapi, sekitar kursi Kyai Jaga tampak bersih. Agus juga bercerita “keanehan” kursi Kyai Jaga.

“Saya melihat dan merasakan sendiri peristiwa saat itu. Entah secara kebetulan atau tidak, terjadi berkali-kali,” ujarnya.

Sebelum aliran Sungai Code meluap, kursi Kyai Jaga menebar aroma wangi. Bau sedap ini terasa sekitar pukul 12 siang.

Saat mencium bau wangi, Agus bersama keluarganya langsung mengemasi barang-barang berharga. Lalu, mencari tempat yang aman.

“Kalau ada bau wangi dari kursi Kyai Jaga pada siang hari, biasanya  terjadi banjir pada sore hari,” terangnya. (*)