ZonaJogja.Com – Konferensi Colombo Plan yang diselenggarakan di Yogyakarta, 26 Oktober – 14 November 1959 menyisakan cerita yang belum diketahui khalayak.
Dulu, Menteri Keuangan bersikukuh ingin melakukan konferensi di Jakarta. Alasannya, fasilitas dan aksesibilitas sudah lengkap.
Sedangkan Menteri Luar Negeri ingin melaksanakan konferensi di Yogyakarta.
Akhirnya konferensi diadakan di Yogyakarta. Gedung Pantja Dharma Sekip UGM dan perumahan Colombo Demangan menjadi saksi bisu pelaksanaan Konferensi Colombo Plan.
—————–
BERITA LAIN:
- Sukseskan Pilkada 2024, Pemkot Yogyakarta Cairkan Dana Hibah Rp 45,73 Miliar
- Boikot Produk Israel Kembali Disuarakan, Bendera Merah Putih dan Palestina Penuhi Kawasan Titik Nol
—————-
Dua tokoh di Yogyakarta, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII juga berperan menyukseskan konferensi.
Alumni Prodi Sejarah FIB UGM, Aloysius Gilang Andretti SS mengungkapkan, persiapan yang dilakukan Yogyakarta waktu itu membeli tanah seluas 6,7 hektare area di Demangan.
Tanah ini dibangun 49 unit rumah. Digunakan tempat penginapan para peserta tingkat ahli.
Sedangkan para menteri menginap di Bulaksumur. Persiapan konferensi juga dilakukan di Bandara Adi Sutjipto.
“Sultan Hamengku Buwono IX menyanggupi Yogyakarta sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Colombo Plan,” beber Gilang.
Pertimbangannya, mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta bisa dipekerjakan selama Konferensi Colombo Plan.
——————-
BERITA LAIN:
- BPOM Keluarkan Izin Edar Vaksin Bio-TCV, Jadi Komitmen Bio Farma Perangi Penyakit Menular
- Sultan HB X Lantik Dewan Direksi PT AMI, Minta Laba Bersih Ditingkatkan
——————
Mereka secara sukarela mengisi posisi di konferensi. Lalu, iklim politis di Yogyakarta tidak terlalu politis dibandingkan Jakarta.
Ketua Umum Kasagama, Wahjudi Djaja SS MPd mengatakan, peringatan 64 Tahun Konferensi Colombo Plan memiliki sejarah yang menarik diungkap.
“Ini peristiwa besar tidak saja bagi Yogyakarta dan Indonesia, tetapi juga bagi dunia,” ujar Wahjudi.
Ia mengajak para sejarawan dan arsiparis bisa mengungkap secara detil sejarah Konferensi Colombo Plan.
Ketua Departemen Sejarah FIB UGM, Dr Abdul Wahid MPhil mengungkapkan, inisiator Konferensi Colombo Plan adalah Inggris.
Makna Colombo Plan bisa dilihat dalam tiga perspektif. Yakni sudut pandang global, konteks nasional, dan konteks lokal.
“Sangat menarik diungkap dan ditulis kembali,” kata Abdul Wahid.
Arsiparis UGM, Muslichah AMD SIP menyebut ada yang anah pada Konferensi Colombo Plan.
——————-
BERITA LAIN:
- Edukasi Desa Wisata Bambu, UMBY Buka Sekolah Alam Bahasa Inggris
- Candi Cetho, Peninggalan Kerajaan Majapahit di Lereng Gunung Lawu
——————-
Banyak media asing memberitakan Konferensi Colombo Plan. Sedangkan pemberitaan di media dalam negeri, minim.
Padahal, konferensi menorehkan sejarah. Misalnya tentang tokoh-tokoh yang berperan dalam Colombo Plan.
Antara lain, Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII. Juga ada Nani Sudarsono, mahasiswa HI Fisipol UGM yang pernah menjabat Mensos RI Orde Baru.
Pada tahun 1959, UGM merasakan manfaat Colombo Plan. Antara lain pembangunan 105 rumah.
Peringatan 64 Tahun Konferensi Colombo Plan digelar di Museum Sonobudoyo (11/11/2023).
Acara ini merupakan kolaborasi STIE Pariwisata API Yogyakarta dan Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada. (*)