ZonaJogja.Com – Tegal Layang. Inilah dusun di Kabupaten Bantul yang menyimpan banyak cerita.
Lokasinya di Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak. Jaraknya sekitar lima kilometer dari ibukota Kabupaten Bantul.
Berjarak kurang lebih 18 kilometer di selatan Kota Yogyakarta.
Dalam berbagai cerita, Tegal Layang disebut-sebut menjadi salah satu tempat penyebaran agama Islam yang dilakukan Panembahan Bodho.
Panembahan Bodho yang tak lain bernama Raden Trenggana ini merupakan penyebar agama Islam dari Demak.
BERITA LAIN:
- Teliti Saham di Bursa Efek Indonesia, Mahasiswa UMBY Raih #1 Best Paper
- Ini Ciri-Ciri Seseorang Lakukan Pelecehan Emosional, Salah Satunya Menyindir
Kisah lain menyebutkan Raden Trenggana adalah santri Sunan Kalijaga yang ditugasi menyebarkan agama Islam di Bantul.
Raden Trenggana anak Raden Timbal. Raden Timbal adalah putra Raden Damar, seorang adipati di Palembang yang beristeri Dewi Dwarawati.
Dewi Dwarawati merupakan pemberian Prabu Brawijaya kepada Raden Damar.
Selain Panembahan Bodho, nama lain disebut-sebut sebagai penyebar agama Islam di Bantul adalah Kiai Suratman.
Kiai Suratman melakukan dakwah di Dusun Tegal Layang. Itulah sebabnya, penduduk, terutama para pinisepuh, sangat mengenal nama Kiai Suratman.
Kiai Suratman sudah melegenda dan menyatu dengan sejarah Tegal Layang.
BERITA LAIN:
- Rumah Gemilang Indonesia Yogyakarta, Tempat Para Santri Digojlok jadi Koki Hebat
- Kulon Progo Buka Layanan Wisata Ramah Disabilitas, Pertama di DIY
Namun, penduduk tidak mengetahui waktu persis kedatangan Kiai Suratman ke Tegal Layang hingga wafatnya.
Bila Panembahan Bodho wafat pada abad ke-16, dan dimakamkan di Makam Sewu Dusun Gesikan, Kalurahan Wijirejo, Kepanewon Pandak.
Sementara belum ada informasi mengenai meninggalnya Kiai Suratman, termasuk tempat pemakaman.
Hanya, kampung ini terdapat berbagai bentuk nisan. Ada nisan gaya Hanyakrakusuman, berkijing batu, dan makam para pejuang kemerdekaan.
Juga ada kompleks makam yang bersanding dengan dinding pembatas makam dengan perkampungan penduduk.
BERITA LAIN:
- Joko Mursito, Sosok Pegawai Negeri Bukan Biasa Biasa Saja
- Warga Memandikan Kuda di Pantai Parangtritis, Jadi Tontonan Pengunjung
Ada tujuh makam tanpa nisan yang membujur dari timur ke barat. Makam hanya berupa pasir.
Warga setempat menginformasikan, makam tersebut adalah para pejuang kemerdekaan melawan agresi Belanda.
Sekadar diketahui, Tegallayang menjadi tempat bersejarah bagi perjuangan Askar Perang Sabil (APS) melawan penjajah Belanda.
Kelahiran APS diinisiasi Hoofdbestuur Muhammadiyah. Berdirinya APS mendapatkan restu dari Raja Kraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX.
Salah satu tokohnya adalah Hajam Murrus. Bersama para pejuang Islam, Hajam melawan Belanda. (*)